Oleh: halaqohdakwah | Februari 19, 2011

Pil Keabadian

Oleh : Ummu Cyndi dan Achmad Siddik Thoha

Di sebuah negeri hiduplah seseorang yang berambisi untuk hidup lebih lama dari biasanya. Setelah mencari tahu dengan berbagai macam cara, ditemukanlah sebuah benda berupa obat yang berkhasiat memanjangkan umur peminumnya. Akhirnya ditemukanlah tempat obat itu dibuat. Harga yang mahal dan keistimewaan pil yang hanya dibuat satu-satunya ini tidak mennyurutkan niatnya memiliki obat itu. Dia membeli sebuah ‘pil panjang umur’ yang konon akan membuat peminumnya tak akan pernah mati.

Tahun berganti tahun dan puluhan tahun berlalu. Teman-teman dan orang terdekatnya sudah mulai tua dan meninggal dunia sedangkan dia masih sehat dan senang-senang saja. Hampir semua bagian dunia telah ia kunjungi. Hampir seluruh makanan terlezat telah ia cicipi. Ketika teman-teman, keluarga, anak cucu, cicit meninggalkannya semua, mulailah rasa bosan dan sepi itu datang.

Sudah seratus tahun berlalu, ia semakin bosan dan tersiksa dengan hidupnya. Saking jenuh dan sepinya bahkan ia mencoba membunuh dirinya sendiri dengan berbagai cara. Namun hal itu tidaklah membawa ia pada kematian. Dia telah dihukum dengan keabadiannya.

***

Sahabat, boleh jadi kematian itu adalah tempat istirahat paling menyenangkan dari lelahnya urusan dunia, pekatnya kehidupan dan glamornya pergaulan. Boleh jadi kematian itu sesuatu yang terbaik yang dicipta Tuhan untuk kita yang menginginkan kebaikan.

Sahabat, keabadian sejati bukan pada bertahannya kesehatan kita, awetnya paras kita dan lamanya hidup jasmanai kita. Keabadian terletak pada ilmu yang terus diamalkan oleh penerimanya, inspirasi hidup yang menembus lintas generasi dan jejak amal yang menjadi pijakan untuk melahirkan kebaikan dari masa kemasa. Keabadian bukan pada fisik tapi pada jejak amal yang tak pernah terhapus hingga dunia ini berakhir. Keabadian diri seseorang terletak seberapa banyak amal atau karyanya menginspirasi orang berbuat kebaikan, sejauh mana menciptakan manusia yang berdoa padanya sepanjang zaman serta secerah apa amalnya menerangi hati manusia mengajaknya pada kebaikan dari generasi ke generasi.

Sahabat, berkaryalah untuk keabadian hidup kita. Hingga tatkala kita meninggalkan dunia, kita tetap mendapat limpahan rezeki dari karya kita. Karya kita itu akan tetap bercahaya menerangi gelapnya liang lahat dan menembus batas ruang dan waktu.


Tinggalkan komentar

Kategori